Suara kereta memecahkan
keheningan sore itu. Aku duduk dalam tenang diujung gerbong kereta ditemani
seorang teman, Arif. Kereta ini dari Tulungagung menuju ke Surabaya aku lupa
dimana pemberhentian akhirnya, yang aku tahu kita akan turun di stasiun
wonokromo.
Melihat keluar melaui pintu
belakang kereta, menikmati hembusan angin, menikmati pemandangan sawah yang
masih asri. Kereta berhenti sebentar untuk mengambil penumpang, kita jumpai
seorang nenek membawa sebatang rokok terbakar dalam sela-sela jarinya mencoba
naik kereta. Masih di ujung gerbong di samping pintu belakang. Wanita tua itu
ikut duduk disampingku sembil membawa segelas kopi. Temanku mencoba menyapanya
dengan bahasa jawa halus. Dan darinya aku ketehui wanita itu mau pergi ke Kediri,
darinya kita banyak mendapat wejangan tentang kehidupan khususnya aku yang duduk
disampingnya. Seorang penjual jajananan datang, kami memesan kopi untuk
dinikmati bersama. Meneruskan mendengarkan cerita wanita itu, ternyata dia
mempunyai seorang ibu, ibunya seorang veteran perang. Pikiran ku melayang
kenapa anak seorang pahlawan bisa seperti ini. membawa rokok disela jarinya
dengan berbalut pakaian seadanya.
Kereta berhenti lagi, menambah muatannya,
sekarang aku melihat ada tiga orang laki-laki menuju kearahku. Satu berperawakan
kurus hitam memakai kaos berwarna merah, temannya memakai kaos kuning dengan
tubuh yang gempal dan gagah, yang satunya lagi agak berumur mungkin sudah tiga
puluhan memakai topi dan bertato di lengan kanannya. Mereka duduk tepat di
depanku. Sebelum mereka, telah ada seorang tua dengan bajunya yang lusuh dengan
jalanya, sungguh aneh.
Ku fikir kita sampai di Kediri, kereta
menurunkan seorang anak veteran dan laki-laki dengan jalannya yang aneh itu. Arif
mengajak ku masuk kedalam gerbong duduk di dalam kursi yang tersedia melamun
melihat ke luar jendela. Lamunanku diusik laki-laki kurus dengan kaos merahnya,
menyapa kami mengajak bicara, tak aku temukan dua teman lainnya. Tanyata mereka
dari Surabaya dan mecari hiburan ke luar kota. Darinya aku ketahui sedikit
tentang kota bandung dengan para wanitanya yang di jual oleh ibunya sendiri,
darinya juga aku ketahui pertarungan nyawa Lamongan dengan Surabaya yang
membela klub sepak bola masing-masing kota tersebut, dan dari dia aku tahu tantang
dunia balap motor liar.
Ular besi ini berhenti lagi, kata
teman baru ku: “kali ini kereta bukan hanya akan mengambil penumpang namun akan
mengganti mesin juga”. Tiba-tiba dari belakang tempat ku, duduk datang dua
orang laki-laki dan aku ketahui mereka teman dari teman baru ku itu. Si gagah
dan gempal itu duduk disamping aku, si tato duduk disebelah kiri kita.
Sambil menungu kereta berjalan
kembali, si gempal itu bercerita tentang minuman kesukaannya yang biasa dia
campur dengan bensin. Katanya: “lebih cepat fly”. Berbeda dengan si kurus
berkaos merah, si gempal lebih banyak diamnya apa lagi si tato yang hanya
senyum-senyum saja.
Suara kereta pun terdengar lagi,
kereta mulai berjalan. Di iringi dengan celoteh kita berempat bercerita tentang
pengalaman masing-masing. Dan tidak terasa kita sampai di stasiun wonokromo ku
ambil tas yang sedari tadi berada diatas kepalaku. Aku ranselkan dan berjalan
mengikuti Arif.