TANCAK, itu Dimana?



Tancak, merupakan salah satu tempat wisata yang ada di kabupaten Jember. Disana akan kita temuai pemandangan alam yang masih asrih dan dipuncaknya akan kita temuai sebuah air terjun.
Mungkin karena alasan tersebut akhirnya aku diajak tuanku untuk pergi kesana. Jarum jam menunjuk angaka delapan, dengan persian seadanya kami berangkat. Aku bersama tuanku Putra dan temannya Toni, lalu sahabatku Si Roda beracun bersana tuannya Khofi dan seorang anak SMP Rhaman, terakhir ada sebuah teman yang belom aku kenal tapi dia dibawah tuannya Irwan dan Amuri.
Sebelum meneruskan ceritaku ini perkenalakan namaku, Kuda Liar. Tubuhku tinggi tegap dengan warna hitam disekujur tubuh ada tanda lahir ditubuhku yaitu huruf H dibagian dahiku, berbeda lagi sahabtku Si roda beracun ada logo Y ditubuhnya, lalu teman baru kita ada logo H yang agak berbeda dengan ku.
Kami berangkat, perjalanan muda saat kita masih ada diwilaya Jember kota, aku perhatikan teman baru kita nampak begitu bersemangat, beberapa kali melaju cepat melewatai kendaraan didepan kita, aku cukup tersenyum saat dia melakukannya.
Beberapa menit perjalanan akhirnya kami menghadapi sedikit kendala, terlihat jalanan mulai menanjak tanjam. Aku kahwatir dengan sahabatku, wajar dia sudah sangat tua tidak sepantasnya berpetualan seperti ini. Aku perhatikan beberapa kali dia menyerah dan berhenti, aku juga ikut berhenti untuk menunggunya, hanya memasikan dia mampau melanjutkan perjalanan. Sedangkan teman baru kita sudah sangat jahu meningalkan aku dan Roda beracun.
Dari kejahuan aku melihat teman kita berhenti, tuannya sedang berbicara dengan orang asing. Ingin tahu sebab dia berhenti, kami pun berhenti ditempat yang sama, ternyata tempat pembayaran tiket. Perjalanan berlanjut dengan medan naik turun dan berliku-liku, aku suka dengan medan ini, seakan-akan aku terbang saat melintasinya. Tapi aku ingat dengan sahabatku, seketika itu aku melihat kebelakang dia hilang aku berhenti, pandanganku menelusuri jalanan yang baru saja aku lalui, ternyata dia ada disebrang tebing, tuannya sedang berfoto. Aku lanjutkan perjalanku.
Jalanan sekarang lebih menanjak, teman baru kita ada didepanku sedangakan Si roda berracun entah berada dimana. Kami terus berjalan melewati perkampungan kecil, tebing-tebing dan air terjun buatan, dengan keyakinan akan samapi di air terjun tancak.
Sedikit aneh saat tadi kami melewati sebuah air terjun bauatan yang saat ramai orang, sempat berfikir itu adalah air tejun tancak, tapi kami tepis pemikiran itu dan melanjutkan perjalanan. Bebatunan cadas mulai menghiasi jalanan, harus hati-hati untuk memilih jalan. Kecepatan menurun drastis dari 60 kilometer perjam menjadi hanya 20 kilometer perjam, Si roda berracun belum kelihatan mungkin dia tidak meneruskan perjalanan karena medan terlalu sulit, entahlah. Sekarang ada keanehan lagi dalam fikiranku, kenpa semua orang berjalan kaki dan kami mengendarai sepeda motor? Entahlah.
Kami mulai binggung saat jalanan yang cadas berubah menjadi tanah hutan, sempat terlintas berputar dan kembali tapi kami dikuatkan dengan beberapa orang yang sedang beristirahat, “terus” kata salah seorang dari mereka.
 Ada persimpangan, disebalah kiri jalanan menanjak, jika lurus jalanan menajadi landai, kami putuskan ambil jalan lurus. Berharap mendaptakan jalan yang mudah malah mendapatkan jalanan gila. Kenapa gila? Karena jalanya hanya selebar ban sepeda motor, dikiri kanan jalan cuma ada hijaunya tumbuhan, yang kami dengar hanya gemerincing air dan hewan-hewan hutan. Sadar tersesat kami berhenti disebuah gubuk kecil, aku diparkirkan didalam gubuk sedangkan orang-orang melihat keadaan dan berkata air terjunnya sedikit lagi sampai.
Walau lelah aku harus tetep mengatar tuanku samapai pada tujuannya, air terjun tancak. Medan semakin berat tidak lagi bisa digunakan berboncengan, teman tuanku harus turun. Kami melewati jembatan kecil, air mengalir dijalanan, batu besar semua kami lewati tapi tidak ada tanda akan sampai, hingga pada satu titik kami berhenti, disebelah kanan ada jurang yang cukup dalam aku takut saat meliaht kedalamnya. Disana kami berbincang, teman baru kami merasa jika perjalanan diteruskan kami bisa sampai tapi semua orang menolak, akhirnya aku diputar oleh tuanku untuk kembali. Huuuu, harus kembali melewati jalanan tadi, tidak ada pilihan lain.
Ditengah perjalanan kami berpapasan dengan seorang warga, darinya kami ketahui jalan menuju air terjun itu berada dipersimpangan sebelah kiri dan untuk bisa sampai kesana kami harus berjalan kaki. Hmmm, tidak tahu harus menyalahkan siapa, sudalah.
Saat hampir sampai dijalan beraspal kami bertemu dengan Si asap berracun, keadaanya sudah sangat lelah. Kami bertiga kemabali kerumah dengan sebuah kesimpulan, pertama jika ingin pergi kesebuah tempat ketahui dulu jalannya, kedua jangan malu bertanya dan juga jangan telalu percaya sama jawabannya, dan yang terakhir selalu berdoa.
Nb:
Kuda Liar, nama yang diberikan kepada sebuah sepeda motor keluaran pabirik cina Happy dengan merek super prima. Disebut Kuda liar karena gasnya terkadang bisa terkada tidak.Roda beracun, nama untuk sepeda motor keluaran tahun lama yang diproduksi oleh Yamaha. Diberi nama Roda beracun karena asapnya dari kenalpotnya sangat banyak.[]