Tancak, merupakan salah satu tempat wisata
yang ada di kabupaten Jember. Disana akan kita temuai pemandangan alam yang
masih asrih dan dipuncaknya akan kita temuai sebuah air terjun.
Mungkin karena alasan tersebut akhirnya aku
diajak tuanku untuk pergi kesana. Jarum jam menunjuk angaka delapan, dengan
persian seadanya kami berangkat. Aku bersama tuanku Putra dan temannya Toni,
lalu sahabatku Si Roda beracun bersana tuannya Khofi dan seorang anak SMP
Rhaman, terakhir ada sebuah teman yang belom aku kenal tapi dia dibawah tuannya
Irwan dan Amuri.
Sebelum meneruskan ceritaku ini perkenalakan
namaku, Kuda Liar. Tubuhku tinggi tegap dengan warna hitam disekujur tubuh ada
tanda lahir ditubuhku yaitu huruf H dibagian dahiku, berbeda lagi sahabtku Si
roda beracun ada logo Y ditubuhnya, lalu teman baru kita ada logo H yang agak
berbeda dengan ku.
Kami berangkat, perjalanan muda saat kita masih
ada diwilaya Jember kota, aku perhatikan teman baru kita nampak begitu bersemangat,
beberapa kali melaju cepat melewatai kendaraan didepan kita, aku cukup
tersenyum saat dia melakukannya.
Beberapa menit perjalanan akhirnya kami
menghadapi sedikit kendala, terlihat jalanan mulai menanjak tanjam. Aku
kahwatir dengan sahabatku, wajar dia sudah sangat tua tidak sepantasnya
berpetualan seperti ini. Aku perhatikan beberapa kali dia menyerah dan
berhenti, aku juga ikut berhenti untuk menunggunya, hanya memasikan dia mampau
melanjutkan perjalanan. Sedangkan teman baru kita sudah sangat jahu meningalkan
aku dan Roda beracun.
Dari kejahuan aku melihat teman kita berhenti,
tuannya sedang berbicara dengan orang asing. Ingin tahu sebab dia berhenti, kami
pun berhenti ditempat yang sama, ternyata tempat pembayaran tiket. Perjalanan
berlanjut dengan medan naik turun dan berliku-liku, aku suka dengan medan ini,
seakan-akan aku terbang saat melintasinya. Tapi aku ingat dengan sahabatku,
seketika itu aku melihat kebelakang dia hilang aku berhenti, pandanganku
menelusuri jalanan yang baru saja aku lalui, ternyata dia ada disebrang tebing,
tuannya sedang berfoto. Aku lanjutkan perjalanku.
Jalanan sekarang lebih menanjak, teman baru
kita ada didepanku sedangakan Si roda berracun entah berada dimana. Kami terus
berjalan melewati perkampungan kecil, tebing-tebing dan air terjun buatan,
dengan keyakinan akan samapi di air terjun tancak.
Sedikit aneh saat tadi kami melewati sebuah air
terjun bauatan yang saat ramai orang, sempat berfikir itu adalah air tejun
tancak, tapi kami tepis pemikiran itu dan melanjutkan perjalanan. Bebatunan
cadas mulai menghiasi jalanan, harus hati-hati untuk memilih jalan. Kecepatan
menurun drastis dari 60 kilometer perjam menjadi hanya 20 kilometer perjam, Si
roda berracun belum kelihatan mungkin dia tidak meneruskan perjalanan karena
medan terlalu sulit, entahlah. Sekarang ada keanehan lagi dalam fikiranku,
kenpa semua orang berjalan kaki dan kami mengendarai sepeda motor? Entahlah.
Kami mulai binggung saat jalanan yang cadas
berubah menjadi tanah hutan, sempat terlintas berputar dan kembali tapi kami
dikuatkan dengan beberapa orang yang sedang beristirahat, “terus” kata salah
seorang dari mereka.
Ada persimpangan,
disebalah kiri jalanan menanjak, jika lurus jalanan menajadi landai, kami
putuskan ambil jalan lurus. Berharap mendaptakan jalan yang mudah malah
mendapatkan jalanan gila. Kenapa gila? Karena jalanya hanya selebar ban sepeda
motor, dikiri kanan jalan cuma ada hijaunya tumbuhan, yang kami dengar hanya
gemerincing air dan hewan-hewan hutan. Sadar tersesat kami berhenti disebuah
gubuk kecil, aku diparkirkan didalam gubuk sedangkan orang-orang melihat
keadaan dan berkata air terjunnya sedikit lagi sampai.
Walau lelah aku harus tetep mengatar tuanku
samapai pada tujuannya, air terjun tancak. Medan semakin berat tidak lagi bisa
digunakan berboncengan, teman tuanku harus turun. Kami melewati jembatan kecil,
air mengalir dijalanan, batu besar semua kami lewati tapi tidak ada tanda akan
sampai, hingga pada satu titik kami berhenti, disebelah kanan ada jurang yang
cukup dalam aku takut saat meliaht kedalamnya. Disana kami berbincang, teman
baru kami merasa jika perjalanan diteruskan kami bisa sampai tapi semua orang
menolak, akhirnya aku diputar oleh tuanku untuk kembali. Huuuu, harus kembali melewati jalanan tadi, tidak ada pilihan lain.
Ditengah perjalanan kami berpapasan dengan
seorang warga, darinya kami ketahui jalan menuju air terjun itu berada
dipersimpangan sebelah kiri dan untuk bisa sampai kesana kami harus berjalan
kaki. Hmmm, tidak tahu harus
menyalahkan siapa, sudalah.
Saat hampir sampai dijalan beraspal kami
bertemu dengan Si asap berracun, keadaanya sudah sangat lelah. Kami bertiga kemabali
kerumah dengan sebuah kesimpulan, pertama jika ingin pergi kesebuah tempat
ketahui dulu jalannya, kedua jangan malu bertanya dan juga jangan telalu
percaya sama jawabannya, dan yang terakhir selalu berdoa.
Nb:
Kuda Liar, nama yang diberikan kepada sebuah
sepeda motor keluaran pabirik cina Happy dengan merek super prima. Disebut Kuda
liar karena gasnya terkadang bisa terkada tidak.Roda beracun, nama untuk sepeda
motor keluaran tahun lama yang diproduksi oleh Yamaha. Diberi nama Roda beracun
karena asapnya dari kenalpotnya sangat banyak.[]